Beranda | Artikel
Silsilah Fiqih Doa dan Dzikir No: 108 - Teliti Dalam Berdoa Bagian 3
Senin, 17 Oktober 2022

Redaksi doa yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah adalah yang terbaik. Mungkin saja ada di antara kita yang bisa membuat redaksi doa sendiri. Bisa jadi dia menganggap bahwa konten doa tersebut tidak bermasalah. Padahal manakala dicermati ulang oleh orang yang lebih berilmu, ternyata doa tersebut sangat bermasalah.

Contohnya adalah kejadian nyata yang dialami oleh salah satu sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini;

عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَادَ رَجُلًا مِنَ الْمُسْلِمِينَ قَدْ خَفَتَ فَصَارَ مِثْلَ الْفَرْخِ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَلْ كُنْتَ تَدْعُو بِشَيْءٍ أَوْ تَسْأَلُهُ إِيَّاهُ؟» قَالَ: نَعَمْ، كُنْتُ أَقُولُ: اللهُمَّ مَا كُنْتَ مُعَاقِبِي بِهِ فِي الْآخِرَةِ، فَعَجِّلْهُ لِي فِي الدُّنْيَا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” سُبْحَانَ اللهِ لَا تُطِيقُهُ – أَوْ لَا تَسْتَطِيعُهُ – أَفَلَا قُلْتَ: اللهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ” قَالَ: فَدَعَا اللهَ لَهُ، فَشَفَاهُ.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menuturkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suatu hari membesuk salah satu kaum muslimin. Tubuhnya sangat kurus, sampai kondisinya seperti anak burung. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bertanya, “Apakah sebelum ini kamu pernah berdoa meminta sesuatu?”. “Ya. Aku pernah berdoa, “Ya Allah, hukuman yang akan engkau timpakan padaku di akhirat, segerakanlah untukku di dunia” jawabnya. Rasulullullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkomentar, “Subhanallah! Engkau tidak akan mampu menanggungnya! Mengapa engkau tidak berdoa, “Ya Allah karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Serta lindungilah kami dari azab neraka”? Lalu beliaupun mendoakannya hingga ia sembuh. HR. Muslim.

Orang tadi mungkin niatnya baik. Bila memang ditakdirkan akan diazab di akhirat, maka ia memohon supaya azab itu disegerakan saja di dunia. Sehingga di akhirat kelak tinggal merasakan kenikmatan-kenikmatan surga saja. Namun ia tidak mengerti bahwa azab Allah itu sangatlah pedih. Manusia tidak akan mampu menanggungnya.

Maka Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada orang tersebut redaksi doa terbaik. Yakni memohon kebaikan di dunia dan akhirat. Serta memohon perlindungan dari keburukan di dunia dan akhirat.

Hal lain yang menunjukkan betapa pentingnya teliti dalam berdoa, adalah sikap para sahabat terhadap orang-orang yang menyelisihi tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa. Mereka tidak tinggal diam. Justru menegur dengan segera. Mari kita cermati kisah berikut ini;

عَنْ نَافِعٍ، أَنَّ رَجُلًا عَطَسَ إِلَى جَنْبِ ابْنِ عُمَرَ، فَقَالَ: الحَمْدُ لِلَّهِ، وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ قَالَ ابْنُ عُمَرَ: وَأَنَا أَقُولُ: الحَمْدُ لِلَّهِ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَلَيْسَ هَكَذَا عَلَّمَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَلَّمَنَا أَنْ نَقُولَ: «الحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ»

Nafi’ bertutur, “Suatu hari ada seseorang yang bersin di samping Ibn Umar lalu ia mengucapkan, “Alhamdulillah was salamu ‘ala rasulillah!”. Maka Ibnu Umar pun berkata, “Aku juga bisa membaca, “Alhamdulillah was salamu ‘ala rasulillah!”. Namun bukan seperti itu yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kami saat bersin. Beliau mengajari agar kami membaca, “Alhamdulillah ‘ala kulli hal”. HR. Tirmidziy dan dinilai hasan oleh al-Albaniy.


Artikel asli: https://tunasilmu.com/silsilah-fiqih-doa-dan-dzikir-no-108-teliti-dalam-berdoa-bagian-3/